Powered By Blogger

Jumat, 01 Mei 2015

sejarah juventus

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Awal mula[sunting | sunting sumber]

Foto bersejarah, Juventus FC pada tahun 1898.
Juventus FC pada tahun 1903.
Juventus didirikan dengan nama Sport Club Juventus pada pertengahan tahun 1897 oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum di daerah Liceo D’Azeglio,Turin[35]. Awal mula dibentuknya klub ini adalah sebagai pelampiasan dari anak-anakyang saling berteman dan menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama dan bersenang-senang serta melakukan berbagai hal positif. Usia anak-anak tersebut rata-rata 15 tahunan, yang tertua berumur 17 dan lainnya di bawah 15 tahun. Setelah itu, hal yang mungkin tidak jadi masalah sekarang ini tapi merupakan hal yang terberat bagi pemuda-pemuda tersebut saat itu adalah mencari markas baru. Salah satu pendiri Juventus, Enrico Canfari dan teman-temannya kemudian memutuskan untuk mencari sebuah lokasi dan akhirnya mereka menemukan salah satu tempat yaitu sebuah bangunan yang memiliki halaman yang dikelilingi tembok, mempunyai 4 ruangan, sebuah kanopi dan juga loteng dan keran air minum. Selanjutnya, Canfari menceritakan tentang bagaimana terpilihnya nama klub, segera setelah mereka menemukan markas baru. Akhirnya, tibalah pertemuan untuk menentukan nama klub dimana terjadi perdebatan sengit di antara mereka. Di satu sisi, pembenci nama latin, di sisi lain penyuka nama klasik dan sisanya netral. Lalu, diputuskanlah tiga nama untuk dipilih; "Societa Via Port", "Societa sportive Massimo D’Azeglio", dan "Sport Club Juventus". Nama terakhir belakangan dipilih tanpa banyak keberatan dan akhirnya resmilah nama klub mereka menjadi "Sport Club Juventus", tetapi kemudian berubah nama menjadi Foot-Ball Club Juventus dua tahun kemudian.[3] Klub ini lantas bergabung dengan Kejuaraan Sepak Bola Italia pada tahun 1900. Dalam periode itu, tim ini menggunakan pakaian warna pink dan celana hitam. Juve memenangi gelar Seri-A perdananya pada 1905, ketika mereka bermain di Stadio Motovelodromo Umberto I. Di sana klub ini berubah warna pakaian menjadi hitam putih, terinspirasi dari klub Inggris Notts County.[36]

Pada 1906, beberapa pemain Juve secara mendadak menginginkan agar Juve keluar dari Turin.[3] Presiden Juve saat itu, Alfredo Dick kesal dan ia memutuskan hengkang untuk kemudian membentuk tim tandingan bernama FBC Torino yang kemudian menjadikan Juve vs. Torino sebagai Derby della Mole.[37] Juventus sendiri ternyata tetap eksis walaupun ada perpecahan, bahkan bisa bertahan seusai Perang Dunia I.[36]

Dominasi liga[sunting | sunting sumber]

Omar SivoriJohn Charles, dan Giampiero Boniperti di era 1950-an.
Pemilik FIATEdoardo Agnelli mengambil alih kendali Juventus pada 1923, dimana kemudian ia membangun stadion baru.[3] Hal ini memberikan semangat baru untuk Juventus, dimana pada musim 1925-26, mereka berhasil merebut scudetto dengan mengalahkan Alba Roma dengan agregat 12-1. Pada era 1930-an, klub ini menjadi klub super di Italia dengan memenangi gelar lima kali berturut-turut dari 1930 sampai 1935, dibawah asuhan pelatih Carlo Carcano[36], dan beberapa pemain bintang seperti Raimundo OrsiLuigi BertoliniGiovanni Ferrari dan Luis Monti.
Juventus kemudian pindah kandang ke Stadio Comunale, tetapi di akhir 1930-an dan di awal 1940-an mereka gagal merajai Italia. Bahkan mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino. Secercah prestasi kemudian muncul di musim 1937-38 saat Juve menjuarai Piala Italia pertama mereka setelah di final mengalahkan klub sekota mereka, Torino.
Setelah berada di posisi 6 pada musim 1940-41, Juve lantas merebut Piala Italia kedua mereka di musim berikutnya. Di periode ini, Italia ikut Perang Dunia II dan ini membuat jalannya Liga menjadi terhambat. Sepakbola Italia kemudian memutuskan untuk terus berlangsung saat masa perang berjalan. Pada 1944, Juve ikut serta dalam sebuah turnamen lokal, yang akhirnya urung diselesaikan. Pada 14 Oktober, Liga kembali bergulir dan ditandai dengan derby Torino vs. Juventus. Torino yang saat itu mendapat sebutan "Grande Torino" kalah 2-1 dari Juventus. Namun di akhir musim justru Torino berhasil juara. Pada jeda musim panas, sebuah peristiwa penting terjadi di Juve pada 22 Juli 1945, Gianni Agnellimengambil alih posisi presiden klub, meneruskan tradisi keluarga Agnelli. Dalam kepempinannya, Agnelli mendatangkan Giampiero Boniperti dalam jajaran staffnya. Ditambah amunisi baru seperti Muccinelli dan striker asal Denmark John Hansen. Setelah Perang Dunia II usai Juve berhasil menambah dua gelar Seri-A pada 1949–50 dan 1951–52, dibawah kepelatihan orang Inggris, Jesse Carver.
Gianni Agnelli lantas meninggalkan klub pada 18 September 1954. Tahun ini periode gelap Juve dimulai dengan hanya mampu finish di posisi 7. Musim berikutnya, di bawah arahan manajer Puppo yang mengandalkan skuat muda Juve mulai mencoba bangkit. Setelah serangkaian kekalahan karena skuat yang belum matang, pada November 1956 kabar baik berembus dengan masuknya Umberto Agnelli sebagai komisioner klub. skuat menjadi kuat dengan kedatangan beberapa pemain hebat seperti Omar Sivori dan pemuda Wales bernama John Charles yang menemani para punggawa lama sepertiGiampiero Boniperti. Musim 1957-58, Juve kembali berjaya di Seri-A, dan menjadi klub Italia pertama yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah memenangi 10 gelar Liga Seri-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih menjadi pemain Juventus pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve juga berhasil memenangi Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina di final. Boniperti pensiun di 1961 sebagai top skorer terbaik Juventus sepanjang masa dengan 182 gol di semua kompetisi yang ia ikuti bersama Juventus.
Di era 1960-an, Juve hanya sekali memenangi Seri-A yaitu di musim 1966–67. Tetapi pada era 1970-an, Juve kembali menemukan jatidirinya sebagai klub terbaik Italia. Di bawah arahan Čestmír Vycpálek, Juve berusaha bangkit di musim 1971-72. Di paruh pertama musim, Juve belum stabil dalam permainan dan di paruh kedua mereka berhasil kembali ke performa terbaik terutama saat mencapai final Fairs Cup (cikal bakal Piala UEFA) namun kalah dari Leeds United. Di pekan ke-4 liga, Juve kemudian berhasil mengalahkan AC Milan 4-1 di San Siro ditandai permainan apik Bettega dan Causio. Namun beberapa saat kemudian, Bettega harus istirahat karena sakit dan posisi pertama klasemen milik Juve menjadi terancam. Untungnya mereka berhasil konsisten dan merebut scudetto ke-14 mereka. Selanjutnya di musim 1972-73 Juve kedatangan Dino Zoff dan Jose Altafini dari Napoli. Di musim ini, Juve dihadapkan pada jadwal di Seri-A dan kompetisi Eropa. Setelah berjuang sampai menit akhir, Juve berhasil menyalip AC Milan, yang secara mengejutkan kalah dipertandingan terakhir mereka, dan merebut scudetto ke-15. Juve juga bahkan berhasil masuk final Piala Champions musim tersebut, namun di mereka kalah dari Ajax Amsterdam yang dimotori oleh Johan Crujff. Selanjutnya mereka berhasil menambah tiga gelar lagi bersama defender Gaetano Scirea di musim 1974-75, 1976–77 dan 1977–78. Dan dengan masuknya pelatih hebat bernama Giovanni Trapattoni, Juve berhasil memperpanjang dominasi mereka di era 1980-an.

Pentas Eropa[sunting | sunting sumber]

Michel Platini bintang Juventus era 1980-an.
Era tangan dingin Trapattoni benar-benar membuat Seri-A porak poranda di 1980-an.[36] Juve sangat perkasa di era tersebut, dengan gelar Seri-A empat kali di era tersebut. Setelah 6 pemainnya ikut andil dalam timnas Italia yang menjuarai Piala Dunia 1982 dengan Paolo Rossisebagai salah satu pemain Juve kemudian terpilih menjadi Pemain Terbaik Eropa pada 1982, sesaat setelah berlangsungnya Piala Dunia pada tahun tersebut.[38] ditambah dengan kedatangan bintang Prancis Michel Platini, Juventus kembali difavoritkan di musim 1982-83. Namun Juventus yang juga disibukkan dengan jadwal kejuaraan Eropa memulai kompetisi dengan lambat. Hal itu ditunjukkan dengan menelan kekalahan dari Sampdoria di pertandingan pembuka musim serta menang dengan tidak meyakinkan atas Fiorentina dan Torino. Sementara di Eropa, mereka berhasil menyingkirkan Hvidovre (Denmark) danStandard Liege (Belgia) di penyisihan. Akan tetapi, Juventus kembali ke trek juara di musim dingin bersamaan keberhasilan mereka menembus perempat final Liga Champions. Selanjutnya, kemenangan atas Roma melalui 2 gol dari Platini dan Brio membuat jarak keduanya berselisih 3 poin dengan Roma di posisi puncak. Namun, karena konsentrasi Juve terpecah antara Serie A dan Liga Champions akhirnya tidak berhasil mengejar AS Roma yang menjadi juara. Juventus seharusnya bisa menumpahkan kekecewaannya di Liga saat mereka bertemu Hamburg di final Liga Champions tapi hal itu tidak terjadi. Berada di posisi kedua di kompetisi domestik dan Eropa, Juventus akhirnya berhasil merebut gelar penghibur saat menjuarai Piala Italia dan Piala Interkontinental.
Musim panas 1983, Juve kehilangan dua pilar inti mereka. Dino Zoff gantung sepatu di usia 41 tahun sedangkan Bettega beralih ke Kanada untuk mengakhiri karirnya di sana. Juve lantas merekrut kiper baru dari Avellino: Stefano Tacconi dan Beniamino Vinola dari klub yang sama. Sementara Nico Penzo menjadi pendampong Rossi di lini depan. Juve pada saat itu berkonsentrasi penuh di dua kompetisi, Liga dan Piala Winner. Hasilnya, melalui penampilan yang konsisten sepanjang musim, Juve merengkuh gelar liga satu minggu sebelum kompetisi usai. Dan gelar ini ditambah gelar lainnya di Piala Winner saat mereka mengalahkan Porto 2-1 di Basel pada 16 Mei 1984. Dua gelar ini sangat bersejarah dan merupakan prestasi bagi kapten klub Scirea dan kawan-kawan.
Setelah era keemasan Rossi usai, Michel Platini kemudian secara mengejutkan berhasil menjadi pemain terbaik Eropa tiga kali berturut-turut; 1983, 1984 dan 1985, dimana sampai saat ini belum ada pemain yang bisa menyamai dirinya. Juventus menjadi satu-satunya klub yang mampu mengantarkan pemainnya menjadi pemain terbaik Eropa sebanyak empat tahun berurutan.[39] Platini juga menjadi bintang saat Juve berhasil menjadi juara Liga Champions Eropa pada 1985 dengan sumbangan satu gol semata wayangnya. Tragisnya, final melawan Liverpool FC dari Inggris tersebut yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia, harus dibayar mahal dengan kematian 39 tifoso Juventus akibat terlibat kerusuhan dengan para hooligans dari Liverpool. Sebagai hukuman, tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua kejuaraan Eropa selama lima tahun.[40] Juventus kemudian merebut scudetto terakhir mereka di era 1980-an pada musim 1985-86, yang juga menjadi tahun terakhir Trappatoni di Juventus. Memasuki akhir 1980-an, Juve gagal menunjukkan performa terbaiknya, mereka harus mengakui keunggulan Napoli dengan bintang Diego Maradona, dan kebangkitan dua tim kota Milan, AC Milan dan Inter Milan.[36] Pada 1990, Juve pindah kandang ke Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk persiapan Piala Dunia 1990.[41]

Kesuksesan era Lippi[sunting | sunting sumber]

Marcello Lippi, salah satu pelatih sukses Juventus.
Marcello Lippi mengambil alih posisi manajer Juventus pada awal musim 1994-95.[3] Ia lantas mengantarkan Juventus memenangi Seri-A untuk pertama kalinya sejak pertengahan 1980-an di musim 1994-95. Pemain bintang yang ia asuh saat itu adalah Ciro FerraraRoberto Baggio,Gianluca Vialli dan pemain muda berbakat bernama Alessandro Del Piero. Lippi memimpin Juventus untuk memenangi Liga Champions Eropa pada musim itu juga, dengan mengalahkanAjax Amsterdam melalui adu penalti, setelah skor imbang 1-1 pada babak normal, dimanaFabrizio Ravanelli menyumbangkan satu gol untuk Juve.[42]
Sesaat setelah bangkit kembali, para pemain Juventus yang biasa-biasa saja saat itu secara mengagumkan bisa mengembangkan diri mereka menjadi pemain-pemain bintang. Mereka adalah Zinedine ZidaneFilippo Inzaghi dan Edgar Davids. Juve kembali memenangi Seri-A musim 1996–97 dan 1997–98, termasuk juga Piala Super UEFA 1996[43] dan Piala Interkontinental 1996.[44] Juventus juga mencapai final Liga Champions di musim 1997 dan 1998, tetapi mereka kalah oleh Borussia Dortmund (Jerman) dan Real Madrid (Spanyol).[45][46]
Setelah absen satu musim Lippi kembali, penandatanganan pemain nama besar seperti Gianluigi BuffonDavid Trezeguet,Pavel Nedvěd dan Lilian Thuram, membantu tim untuk dua gelar scudetto lebih dalam 2001-02 dan 2002-03 musim.[36]Juventus juga bagian dari akhir semua Italia Liga Champions pada tahun 2003 tetapi kalah dari Milan melalui adu penalti setelah pertandingan berakhir imbang 0-0. Tahun berikutnya, Lippi diangkat sebagai pelatih kepala Italia, membawa mengakhiri salah satu periode manajerial yang paling produktif dalam sejarah Juventus.

Skandal "Calciopoli"[sunting | sunting sumber]

Alessandro Del Piero, Pencetak gol sepanjang masa Juventus dan pembuat penampilan selama musim 2007–08.
Fabio Capello menjadi pelatih pada tahun 2004, dan memimpin Juventus untuk dua gelar Serie A. Namun, pada Mei 2006, Juventus menjadi salah satu dari lima klub Serie A terkait dengan skandal pengaturan pertandingan, hasil yang melihat klub terdegradasi ke Serie Buntuk pertama kalinya dalam sejarah. Klub ini juga dilucuti dari dua gelar yang dibawa Capello pada tahun 2005 dan 2006.[47]
Banyak pemain kunci meninggalkan klub menyusul penurunan pangkat ke Serie B, termasuk Thuram, striker Zlatan Ibrahimović dan bek tengah Fabio Cannavaro. Namun, pemain bernama besar lain seperti Buffon, Del Piero, Trezeguet, dan Nedved tetap untuk membantu klub kembali ke Seri-A sementara anak-anak dari Primavera seperti Sebastian Giovinco dan Claudio Marchisio diintegrasikan ke dalam tim utama. Bianconeri dipromosikan langsung kembali sebagai juara liga setelah musim 2006-07, sementara kapten Del Piero mendapat penghargaan pencetak gol terbanyak dengan 21 gol.

Kembali ke Serie A[sunting | sunting sumber]

Sejak mereka kembali ke Serie A di musim 2007–08, mantan manajer Chelsea Claudio Ranieri berhasil menangani Juventus selama dua musim.[48] Mereka menempati posisi ketiga di musim pertama mereka kembali, dan lolos ke Liga Champions 2008–09 babak kualifikasi ketiga pada tahap awal. Juventus mencapai babak grup, di mana mereka mengalahkan Real Madrid di kedua leg kandang dan tandang, sebelum kalah di babak gugur dengan Chelsea. Ranieri dipecat menyusul serangkaian hasil buruk, dan Ciro Ferrara ditunjuk sebagai manajer secara sementara untuk dua pertandingan terakhir musim ini,[49] sebelum kemudian diangkat sebagai manajer untuk musim 2009-10.[50]
Tim Juventus sebelum pertandingan Liga Champions UEFA 2012–13 melawan Shakhtar Donetsk.
Namun, tugas Ferrara sebagai manajer Juventus terbukti tidak berhasil, dengan Juventus tersingkir dari Liga Champions dan Coppa Italia, dan hanya berbaring di tempat keenam di klasemen liga pada akhir Januari 2010, yang mengarah ke pemecatan Ciro Ferrara dan penamaan Alberto Zaccheroni sebagai manajer caretaker. Zaccheroni tidak bisa membantu meningkatkan sisi, sebagai Juventus mengakhiri musim di tempat ketujuh di Serie A. Untuk musim 2010-11, Jean-Claude Blanc digantikan olehAndrea Agnelli sebagai presiden klub. Tindakan pertama Agnelli adalah untuk menggantikan Zaccheroni dan Direktur Olahraga Alessio Seccodengan manajer Sampdoria Luigi Del Neri dan Direktur OlahragaGiuseppe Marotta.[51] Namun, Del Neri gagal memperbaiki nasib mereka dan dipecat. Mantan pemain dan favorit penggemar Antonio Conte, baru setelah memenangkan promosi dengan Siena, disebut sebagai pengganti Del Neri itu.
Dengan Conte sebagai manajer, Juventus tak terkalahkan untuk seluruh musim. Menjelang paruh kedua musim ini, tim itu sebagian besar bersaing dengan rival utara Milan untuk tempat pertama dalam pertandingan yang ketat. Juventus memenangkan gelar pada pertandingan ke-37, setelah mengalahkan Cagliari 2-0, dan Milan kalah dari Internazionale 4-2. Setelah kemenangan di pertandingan final melawan Atalanta 3-1, Juventus menjadi tim pertama untuk musim tak terkalahkan dalam arus Format 38 pertandingan. Prestasi penting lainnya termasuk yang terbesar kemenangan tandang (5-0 di Fiorentina), rekor terbaik defensif (20 gol kebobolan, paling sedikit pernah dalam format liga saat ini) di Serie A dan terbaik kedua di atas enam liga Eropa tahun itu.[52]

Warna, logo, dan julukan[sunting | sunting sumber]

Kostum kandang asli Juventus
Juventus telah bermain memakai kostum berwarna hitam dan putih ala zebra sejak tahun 1903. Aslinya, Juve bermain memakai kostum berwarna pink, tetapi karena ada kesalahan pengiriman kostum dari Inggris, salah satu pemain Juve malah tampil dengan pakaian belang, yang merupakan kostum klub Inggris, Notts County. Akhirnya Juve memutuskan untuk beralih kostum menjadi belang hitam-putih.[53]
Juventus lantas menanyakan pada pemain yang memakai baju belang tersebut, yaitu orang Inggris bernama John Savage, apakah ia bisa mengontak teman-temannya di Inggris yang bisa menyuplai kostum Juve dengan warna tersebut. Ia lantas menghubungi temannya yang tinggal di Nottingham, yang menjadi supporter Notts County, untuk mengirim kostum belang hitam-putih ke Turin, dan temannya tersebut menyanggupinya.[53]
Logo lama Juventus yang digunakan sampai musim 2004-05.
Logo resmi Juventus Football Club telah mengalami berbagai perubahan dan modifikasi sejak tahun 1920. Modifikasi terakhir adalah pada menjelang musim 2005-06 sebagai perayaan seratus tahun gelar Scudetto pertama yang diraih Juve. Dimana saat itu mereka mengubah logo menjadi oval, dengan lima garis vertical, dan banteng yang dibentuk dalam sebuah siluet. Dahulu sebelum musim 2005-06, Juve memiliki sebuah symbol berwarna biru (yang merupakan symbol lain dari kota Turin). Selain itu ditambahkan juga dua bintang yang menggambarkan mereka sebagai satu-satunya klub yang mampu memenagi gelar Seri-A 20 kali. Sementara di era 1980-an, logo Juve lebih banyak dihiasi dengan siluet seekor zebra, menggambarkan mereka sebagai tim zebra kuat di Seri-A.
Dalam perjalanan sejarahnya, Juve telah memiliki beberapa nama julukan, la Vecchia Signora[1] (the Old Lady dalam bahasa Inggris atau "si Nyonya Tua" dalam bahasa Indonesia) merupakan salah satu contoh. Kata "old" (tua) merupakan bagian dari nama Juventus, yang berarti "youth" (muda) dalamLatin.[6] Nama ini diambil dari usia para pemain Juventus yang muda-muda di era 1930-an. Nama "lady" (nyonya) merupakan bagian dari sebutan para tifoso ketika memanggil Juve sebelum era 1930-an. Klub ini juga mendapat julukan la Fidanzata d'Italia (the Girlfriend of Italy dalam bahasa Inggris atau "Kekasih Italia" dalam bahasa Indonesia), karena selama beberapa tahun, Juve selalu memasok pemain baru dari daerah selatan Itala seperti dari Naples atau Palermo, dimana selain bermain sebagai pemain sepak bola, mereka juga bekerja untuk FIAT sejak awal 1930-an. Nama lain Juve adalah: I Bianconeri (the black-and-whites, atau Si Belang) dan Le Zebre (the zebras[54], atau Si Zebra) yang mengacu pada warna Juventus. I gobbi (the hunchbacks) adalah julukan yang digunakan untuk mendefinisikan pendukung Juventus, tetapi juga digunakan kadang-kadang untuk pemain tim. Asal yang paling banyak diterima dari gobbi tanggal ke tahun lima puluhan, ketika tim Bianconeri mengenakan jersey besar. Ketika pemain berlari di lapangan, kostum, yang memiliki pembukaan di dada dengan tali, menghasilkan tonjolan di bagian belakang (semacam efek parasut), memberikan kesan bahwa para pemain memiliki bungkuk.[55]

Stadion[sunting | sunting sumber]

Stadion Juventus dimiliki oleh klub dan dibuka pada September 2011
Setelah dua musim perdana mereka (1897 dan 1898), dimana Juve bermain di Parco del Valentino dan Parco Cittadella, pertandingan-pertandingan selanjutnya di gelar di Piazza d'Armi Stadium sampai 1908, kecuali di 1905 saat nama Scudetto diperkenalkan untuk pertama kali, dan di 1906, dimana Juve bermain di Corso Re Umberto.
Dari 1909 sampai 1922, Juve bermain di Corso Sebastopoli Camp, dan selanjutnya mereka pindah ke Corso Marsiglia Camp dimana mereka bertahan sampai 1933, dan memenangi empat gelar liga. Di akhir 1933 mereka bermain di Stadion Mussolini yang disiapkan untuk Piala Dunia 1934. Setelah PDII, stadion tersebut berganti nama menjadi Stadion Comunale Vittorio Pozzo. Juventus memainkan pertandingan kandangnya di sana selama 57 tahun dengan total pertandingan sebanyak 890 kali.[56]Sampai akhir Juli 2003 tempat tersebut masih dipakai sebagai sempat latihan Juve yang resmi.[57]
Dari tahun 1990 sampai akhir musim 2005-06, Juve menggunakan Stadion Delle Alpi, sebagai kandang mereka yang aslinya dibangun untuk Piala Dunia 1990, sesekali Juve juga menggunakan stadion lain seperti Renzo Barbera di Palermo, Dino Manuzzi di Cesena dan San Siro di Milan.[57]
Agustus 2006 Juve kembali bermain di Stadion Comunale, yang sekarang dikenal dengan nama Stadion Olimpiade, setelah Stadion Delle Alpi dipakai dan kemudian direnovasi untuk Olimpiade Musim Dingin Turin 2006.
Pada November 2008 Juventus mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan dana sebesar €100 juta untuk membangun stadion baru di bekas lahan Stadion Delle Alpi. Berbeda dengan Delle Alpi, stadion baru Juve ini tidak menyertakan lintasan lari, dan jarak antara penonton dengan lapangan hanya 8,5 meter saja, mirip dengan mayoritas stadion di Inggris, dimana kapasitasnya diperkirakan akan berisi 41.000 kursi. Pekerjaan ini dimulai pada musim semi 2009, dan mulai awal musim 2011-12 stadion tersebut kemudian dipakai untuk mengarungi musim dan sejarah baru Juventus.

Pendukung[sunting | sunting sumber]

Tifosi Juventus dalam sebuah pertandingan.
Juventus merupakan salah satu klub sepak bola dengan jumlah pendukung terbesar di Italia, dengan jumlah tifoso hampir 12 juta orang[24] (32.5% dari total tifosi bola di Italia), merujuk pada penelitian yang dilakukan pada Agustus 2008 oleh harian La Repubblica,[18]dan merupakan salah satu klub dengan jumlah supporter terbesar di dunia, dengan jumlah fans hampir 170 juta orang[24] (43 juta orang di Eropa),[24] selebihnya ada di Mediterrania, yang kebanyakkan diisi oleh imigran Italia.[58] Tim Turin ini juga mempunyai fans club yang cukup besar di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia melalui Juventini Indonesia.[59]
Tiket-tiket pertandingan kandang Juve memang tidak selalu habis setiap kali Juve bertanding di Seri-A atau Eropa, kebanyakkan fans Juve di Turin mendukung tim kesayangan mereka lewat bar-bar atau restoran. Di luar Italia, kekuatan supporter Juventus sangatlah kuat. Juve juga sangat popular di Italia Utara dan Pulau Sisilia, dan menjadi kekuatan besar saat Juve bertanding tandang,[60] lebih dibandingkan para pendukung di Turin sendiri.
Untuk kawasan Indonesia sendiri sejak awal musim 2006-07 sudah berdiri sebuah komunitas khusus bagi para penggemar Juventus, dengan nama Juventus Club Indonesia (JCI). Komunitas ini kemudian diakui sebagai satu-satunya fans club resmi Juventus untuk Indonesia pada awal musim 2008-09 setelah hampir tiga tahun berjuang untuk mendapatkan lisensi dari pihak Juventus Italia.[61][62]

Rivalitas[sunting | sunting sumber]

Juventus mempunyai beberapa rival utama di Italia. Pertama adalah klub sekota, FC Torino, di mana setiap pertandingan derbi melawan Torino selalu dijuluki Derby della Mole (Derby dari Torino) yang berawal sejak tahun 1906 di mana lucunya Torino sendiri didirikan oleh mantan-mantan pemain Juventus. Rival Juve yang lain di Italia adalah Internazionale; pertandingan Juve vs. Inter dijuluki sebagai Derby d'Italia (Derby dari Italia).[63] Sampai akhir musim 2006 ketika Juve terlempar ke seri-B, Inter dan Juve merupakan dua tim yang tidak pernah terdegradasi ke seri-B. Dua klub ini juga menjadi klub dengan fans terbesar di Italia, sejak pertengahan 1990-an.[63] Juve juga memiliki rival dengan AC Milan,[64] AS Roma[65] dan AC Fiorentina.[66]
Sementara untuk kawasan Eropa sendiri, rival utama Juventus adalah Manchester United FC dari Inggris dan FC Bayern Munich dari Jerman, dimana keduanya sangat sering sekali bertemu di ajang Liga Champions Eropa. Satu lagi rival utama Juventus di Eropa adalah Liverpool FC. Khusus Liverpool, tifosi Juve tidak akan pernah melupakan tragedi kerusuhan Heysel 1985 (final Liga Champions 1985), dimana sekitar 30 orang lebih pendukung Juventus tewas di stadion yang berada di Belgia tersebut.

Himne Juventus[sunting | sunting sumber]

Setiap kali Juventus bertanding dihadapan para pendukungnya di Stadion delle Alpi atau Stadion Olimpiade Torino para pendukug Juve selalu menyanyikan sebuah lagu khas untuk mendukung timnya yang tidak diketahui siapa pencipta lagu tersebut. Berikut adalah petikan lagu himne Juventus:[67]
Bahasa ItaliaBahasa InggrisBahasa Indonesia
Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la bella signora
Ale' la Juve la Juve la Juve ale'
Solo la Juve e' grande la Juve ale'
Tu sei la squadra del cuore
Sempre in campo undici eroi
Vinci l'impossibile e vai
Ti seguiremo anche noi
Metti un'altra stella sul petto
Mille mani al cielo per te... insieme
L'onda di una magica ola partirà
Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la bella signora
Ale' la Juve la Juve la Juve ale'
Solo la Juve e' magica Juve ale'
Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la nostra bandiera
Ale' la Juve la Juve la Juve ale'
Solo la Juve e' magica Juve ale'
Juve... Juve... Juve... Juve...
Notte di Coppa Campioni
Notte che non finirà mai
Grande l'emozione che dai
quando tu vinci per noi
Tutti allo stadio a sognare
Aspettando l'urlo di un goal... insieme
L'onda di una magica ola partirà
Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la nostra bandiera
Ale' la Juve la Juve la Juve ale'
Solo la Juve e' magica Juve ale'
Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la bella signora
Ale' la Juve la Juve la Juve ale'
Solo la Juve e' grande la Juve ale'
Juve...Juve...
Forza Juve Juve Juve ale'
And the beautiful lady in black and white
Ale' Juve Juve Juve ale'
Only Juve and great Juve ale'
You are the favorite team
Also in the eleven heroes
Win the impossible and go
We will follow
Put another star on his chest
A thousand hands to heaven for you... set
The wave of a magic is start
Forza Juve Juve Juve ale'
And the beautiful lady in black and white
Ale 'Juve Juve Juve ale'
Only Juve and magic Juve ale'
Forza Juve Juve Juve ale'
The black-white is our flag
Ale 'Juve Juve Juve ale'
Only Juve and magic Juve ale'
Juve ... Juve ... Juve ... Juve ...
Night of Champions Cup
Night that never ends
Great feeling from your fans
When you win for us
All dream in the stadium
Waiting for the roar of a goal... set
The wave of a magic is start
Forza Juve Juve Juve ale '
The black-white is our flag
Ale 'Juve Juve Juve ale'
Only Juve and magic Juve ale'
Forza Juve Juve Juve ale'
And the beautiful lady in black and white
Ale 'Juve Juve Juve ale'
Only Juve and great Juve ale'
Juve... Juve...
Forza Juve Juve Juve ale'
Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih
Ale' Juve Juve Juve ale'
Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale'
Anda adalah tim favorit
Dengan sebelas pahlawan
Pergi untuk meraih kemenangan yang tidak terduga
Dan kami akan mengikuti
Pasang bintang lain di dadamu
Seribu tangan ke surga akan diatur untuk Anda...
Di awali sebuah gelombang ajaib
Forza Juve Juve Juve ale'
Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih
Ale' Juve Juve Juve ale'
Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'
Forza Juve Juve Juve ale'
Bendera hitam-putih adalah bendera kita
Ale' Juve Juve Juve ale'
Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'
Juve... Juve... Juve... Juve...
Malam dengan pesta kemenangan
Malam yang tidak pernah berakhir
Perasaan sukacita dari penggemar Anda
Ketika Anda menang bagi kami
Semua mimpi di stadion
Menunggu gol yang datang...
Di awali sebuah gelombang ajaib
Forza Juve Juve Juve ale'
Bendera hitam-putih adalah bendera kita
Forza Juve Juve Juve ale'
Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'
Forza Juve Juve Juve ale'
Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih
Ale' Juve Juve Juve ale'
Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale'
Juve... Juve...

Pembinaan pemain muda[sunting | sunting sumber]

Para pemain muda dari Juventus telah dikenal sebagai salah satu barisan pemain muda terbaik di Eropa, terutama di Italia.[68] Walaupun tidak semua pemain muda Juve mampu masuk ke tim utama, beberapa di antara mereka sukses juga saat bergabung di klub lain. Dibawah asuhan pelatih Vincenzo Chiarenza, skuat Primavera (U-20) menikmati beragam prestadi, di antaranya adalah merajai kompetisi dari tahun 2004 sampai 2006.
Barisan pemain muda Juventus juga dikenal berkontribusi baik bagi tim nasional senior dan juga junior. Diantara pemain-pemain muda Juventus yang berbakat baik antara lain: Gianpiero Combi untuk Piala Dunia 1934, kemudian Pietro Rava untuk Olimpiade 1936 dan Piala Dunia 1938, lalu kemudian ada Giampiero BonipertiRoberto Bettega, dan bintang Piala Dunia 1982 Paolo Rossi dan yang terkini adalah Domenico Criscito dan Claudio Marchisio yang menjadi sebagian kecil dari mantan pemain akademi Juventus yang sukses di level internasional.[69]
Mirip dengan yang dilakukan klub Eredivisie Belanda, Ajax Amsterdam dan beberapa klub Liga Premier Inggris, Juventus juga mengoperasikan beberapa klub sepak bola satelit dan sekolah sepak bola di beberapa negara di dunia (misal:Amerika SerikatKanadaYunaniArab SaudiAustralia dan Swiss) dan juga beberapa kamp sepak bola di beberapa negara lainnya untuk mencari pemain-pemain muda berbakat.[70]

Pemain[sunting | sunting sumber]

Tim utama[sunting | sunting sumber]

Per 29 Juli 2014.
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional pemain sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat saja mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan.
No.Pos.Nama
1Bendera ItaliaGKGianluigi Buffon (kapten)
3Bendera ItaliaDFGiorgio Chiellini
4Bendera UruguayDFMartín Cáceres
5Bendera ItaliaDFAngelo Ogbonna
6Bendera PerancisMFPaul Pogba
7Bendera ItaliaMFSimone Pepe
8Bendera ItaliaMFClaudio Marchisio
9Bendera SpanyolFWÁlvaro Morata
10Bendera ArgentinaFWCarlos Tevez
11Bendera PerancisFWKingsley Coman
12Bendera ItaliaFWSebastian Giovinco
14Bendera SpanyolFWFernando Llorente
15Bendera ItaliaDFAndrea Barzagli
16Bendera ItaliaDFMarco Motta
19Bendera ItaliaDFLeonardo Bonucci
No.Pos.Nama
20Bendera ItaliaMFSimone Padoin
21Bendera ItaliaMFAndrea Pirlo
22Bendera GhanaMFKwadwo Asamoah
23Bendera ChiliMFArturo Vidal
24Bendera ItaliaMFLeonardo Spinazzola
26Bendera SwissDFStephan Lichtsteiner
30Bendera ItaliaGKMarco Storari
33Bendera ChiliDFMauricio Isla
34Bendera BrasilGKRubinho
37Bendera ArgentinaMFRoberto Pereyra (pinjaman dari Udinese)
39Bendera ItaliaMFLuca Marrone
43Bendera DenmarkDFFrederik Sørensen
Bendera PerancisDFPatrice Evra
Bendera ItaliaDFPaolo De Ceglie

Daftar pinjaman[sunting | sunting sumber]

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional pemain sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat saja mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan.
No.Pos.Nama
Bendera ItaliaGKNicola Leali (ke Cesena)
Bendera ItaliaGKCarlo Pinsoglio (ke Modena)
Bendera ItaliaGKTimothy Nocchi (ke Spezia)
Bendera ItaliaGKVincenzo Fiorillo (ke Pescara)
Bendera ItaliaGKFrancesco Anacoura (ke Pro Vercelli)
Bendera ItaliaGKGianmarco Vannucchi (ke Renate)
Bendera SwissDFJoel Untersee (ke Vaduz)
Bendera ItaliaDFDaniele Rugani (ke Empoli)
Bendera ItaliaDFEdoardo Goldaniga (ke Perugia)
Bendera ItaliaDFNicolò Curti (ke Como)
Bendera IslandiaDFHörður Magnússon (ke Cesena)
Bendera ItaliaDFMatteo Liviero (ke Pro Vercelli)
Bendera ItaliaDFFilippo Penna (ke Den Bosch)
No.Pos.Nama
Bendera ItaliaDFLuca Barlocco (ke Novara)
Bendera ItaliaMFStefano Sturaro (ke Genoa)
Bendera BrasilMFGabriel Appelt (ke Pescara)
Bendera ItaliaMFAndrea Schiavone (ke Modena)
Bendera ItaliaMFLuca Castiglia (ke Pro Vercelli)
Bendera ItaliaMFCarlo Ilari (ke Catanzaro)
Bendera ItaliaMFMichele Cavion (ke FeralpiSalò)
Bendera ItaliaMFEdoardo Ceria (ke Den Bosch)
Bendera GhanaFWRichmond Boakye (ke Atalanta)
Bendera SenegalFWMbaye Diagne (ke Steaua București)
Bendera ItaliaFWStefano Padovan (ke Crotone)
Bendera ItaliaFWMarco Di Benedetto (ke FeralpiSalò)
Bendera ItaliaFWFrancesco Margiotta (from Monza)
Penawaran pinjaman berakhir 30 Juni 2015

Kepemilikan bersama[sunting | sunting sumber]

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional pemain sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat saja mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan.
No.Pos.Nama
Bendera RumaniaGKLaurențiu Brănescu (dengan Lanciano)
Bendera ItaliaDFAlberto Masi (dengan Ternana)
Bendera ItaliaDFNazzareno Belfasti (dengan Pro Vercelli)
Bendera ItaliaMFMattia Proietti (dengan Bassano Virtus)
Bendera ItaliaMFGiuseppe Ruggiero (dengan Pro Vercelli)
Bendera ItaliaFWManolo Gabbiadini (dengan Sampdoria)
No.Pos.Nama
Bendera ItaliaFWDomenico Berardi (dengan Sassuolo)
Bendera ItaliaFWStefano Beltrame (dengan Sampdoria)
Bendera ItaliaFWEric Lanini (dengan Palermo)
Bendera ItaliaFWAlberto Libertazzi (dengan Novara)
Bendera ItaliaFWDavide Cais (dengan Atalanta)
Penawaran kepemilikan bersama berakhir 20 Juni 2015

Staf manajemen[sunting | sunting sumber]

 
PosisiStaff
ManajerMassimiliano Allegri
Assisten manajerAngelo Alessio
Pelatih penjaga gawangClaudio Filippi
Pelatih tim utamaMassimo Carrera
Kepala kebugaranPaolo Bertelli
Pelatih kebugaranJulio Tous
Pelatih kebugaranCostantino Coratti
Kepala pemeriksa kepelatihanRoberto Sassi
Sumber: Juventus.com

Sejarah presidensial[sunting | sunting sumber]

Juventus mempunyai sejarah panjang dalam kepemimpinan klub ditangan seorang presiden, beberapa di antara mereka ada yang menjadi presiden sekaligus pemilik (dari keluarga Agnelli), sebagian lagi ada yang merupakan presiden kehormatan, berikut adalah daftar lengkapnya:[71]
 
NamaTahun
Eugenio Canfari1897–1898
Enrico Canfari1898–1901
Carlo Favale1901–1902
Giacomo Parvopassu1903–1904
Alfred Dick1905–1906
Carlo Vittorio Varetti1907–1910
Attilio Ubertalli1911–1912
Giuseppe Hess1913–1915
Gioacchino Armano
Fernando Nizza
Sandro Zambelli
1915–1918(cpg.)
Corrado Corradini1919–1920
Gino Olivetti1920–1923
Edoardo Agnelli1923–1935
Giovanni Mazzonis1935–1936
 
NamaTahun
Emilio de la Forest de Divonne1936–1941
Pietro Dusio1941–1947
Giovanni Agnelli (Presiden kehormatan)1947–1954
Enrico Craveri
Nino Cravetto
Marcello Giustiniani
1954–1955(int.)
Umberto Agnelli1955–1962
Vittore Catella1962–1971
Giampiero Boniperti (Presiden kehormatan)1971–1990
Vittorio Caissotti di Chiusano1990–2003
Franzo Grande Stevens (Presiden kehormatan)2003–2006
Giovanni Cobolli Gigli2006–2009
Jean-Claude Blanc2009–2010
Andrea Agnelli2010–kini
Keterangan:
(cpg.) Presidensial Komite ketika Perang Dunia I.
(int.) Presiden ad-interim.

Sejarah manajerial[sunting | sunting sumber]

Dibawah ini merupakan daftar pelatih Juventus sejak tahun 1923 ketika keluarga Agnelli dari FIAT mengambil alih Juventus,[3] sampai saat ini.[72]
 
NamaTahun
Bendera Hongaria Jenő Károly1923–1926
Bendera Hongaria József Viola1926–1928
Bendera Skotlandia George Aitken1928–1930
Bendera Italia Carlo Carcano1930–1935
Bendera Italia Carlo Bigatto Iº
Bendera Italia Benedetto Gola
1935(int.)
Bendera Italia Virginio Rosetta1935–1939
Bendera Italia Umberto Caligaris1939–1941
Bendera Italia Federico Munerati1941(int.)
Bendera Italia Giovanni Ferrari1941-1942
Bendera Argentina/Bendera Italia Luis Monti1942(int.)
Bendera Italia Felice Placido Borel IIº1942–1946
Bendera Italia Renato Cesarini1946–1948
Bendera Skotlandia William Chalmers1948–1949
Bendera Inggris Jesse Carver1949–1951
Bendera Italia Luigi Bertolini1951(int.)
Bendera Hongaria György Sárosi1951–1953
Bendera Italia Aldo Olivieri1953–1955
Bendera Italia Sandro Puppo1955–1957
Bendera Yugoslavia Ljubiša Broćić1957–1959
Bendera Italia Teobaldo Depetrini1959(int.)
Bendera Italia Renato Cesarini1959–1961
Bendera Italia Carlo Parola1961(int.)
Bendera Swedia Gunnar Gren
Bendera Ceko Július Korostelev
1961(int.)
Bendera Italia Carlo Parola1961–1962
 
NamaTahun
Bendera Brasil Paulo Lima Amaral1962–1964
Bendera Italia Eraldo Monzeglio1964(int.)
Bendera Paraguay Heriberto Herrera1964–1969
Bendera Argentina Lùis Carniglia1969–1970
Bendera Italia Ercole Rabitti1970(int.)
Bendera Italia Armando Picchi1970–1971
Bendera Ceko Čestmír Vycpálek1971–1974
Bendera Italia Carlo Parola1974–1976
Bendera Italia Giovanni Trapattoni1976–1986
Bendera Italia Rino Marchesi1986–1988
Bendera Italia Dino Zoff1988–1990
Bendera Italia Luigi Maifredi1990–1991
Bendera Italia Giovanni Trapattoni1991–1994
Bendera Italia Marcello Lippi1994–1999
Bendera Italia Carlo Ancelotti1999–2001
Bendera Italia Marcello Lippi2001–2004
Bendera Italia Fabio Capello2004–2006
Bendera Perancis Didier Deschamps2006–2007
Bendera Italia Giancarlo Corradini2007(int.)
Bendera Italia Claudio Ranieri2007–2009
Bendera Italia Ciro Ferrara2009–2010
Bendera Italia Alberto Zaccheroni2010(int.)
Bendera Italia Luigi Del Neri2010–2011
Bendera Italia Antonio Conte2011–2014
Keterangan:
(int.)Manajer ad-interim.

Prestasi dan penghargaan[sunting | sunting sumber]

Secara umum, Juventus adalah klub tersukses di Italia dengan raihan gelar 44 gelar nasional di Italia, dan salah satu klub tersukses di dunia,[20][22] dengan raihan 11 gelar internasional,[73] dengan raihan rekor 9 gelar UEFA dan dua FIFA.[74]menjadikan mereka sebagai klub keempat yang sukses di Eropa[23] dan juga dunia,[30] dimana semuanya telah diakui secara pasti oleh UEFA dan FIFA, beserta enam konfederasi sepak bola dunia.[73]
Juventus telah memenangi 29 gelar Seri-A, dan menjadi rekor terbanyak sampai saat ini, dan juga menjadi catatan tersendiri saat Juve mendominasi lima musim berturut-turut Seri-A dari musim 1930-31 sampai 1934-35. Mereka juga telah memenangi Piala Italia Sembilan kali, dan menjadi rekor sampai saat ini.[75]
Juventus menjadi satu-satunya klub sepak bola Italia yang telah mendapatkan dua bintang sebagai tanda mereka telah menjuarai Seri-A lebih dari 20 kali. Bintang pertama mereka dapatkan pada musim 1957-58 ketika Juve berhasil menjuarai Seri-A untuk kesepuluh kalinya, dan yang kedua pada 1981-82 ketika Juve menjuarai Seri-A untuk keduapuluh kalinya. Juventus juga merupakan klub Italia pertama yang memenangi gelar dobel (Seri-A dan Coppa Italia) sebanyak dua kali, yaitu pada 1959-60 dan 1994-95.
Juventus tercatatkan juga sebagai klub pertama dan satu-satunya di dunia yang berhasil memenangi seluruh gelar kejuaraan resmi,[31] yang diakui oleh FIFA,[27][28][29][76] Juve memenangi Piala UEFA tiga kali, berbagi rekor bersamaLiverpool dan Inter Milan.[77]
Klub Turin ini menempati posisi 7 —tetapi teratas untuk klub Italia—dalam daftar Klub Terbaik FIFA Abad 20 yang diumumkan pada 23 Desember 2000.[78]
Juventus juga mendapatkan status sebagai World's Club Team of the Year sebanyak dua kali tepatnya pada 1993 dan 1996[79], dan menempati rangking 3 dalam Rangking Klub Sepanjang masa (1991-2008) oleh International Federation of Football History & Statistics.[80]

Gelar juara nasional Italia[sunting | sunting sumber]

Juara (30 kali)[81]: 1905; 1925-26[82]; 1930–31; 1931-32; 1932–33; 1933–34; 1934–35; 1949–50; 1951–52; 1957–58; 1959–60; 1960–61; 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1974–75; 1976–77; 1977–78; 1980–81; 1981–82; 1983–84; 1985–86; 1994–95; 1996–97; 1997–98; 2001–02; 2002–03; 2011–12; 2012–13, 2013-14
Posisi kedua (20 kali): 1903; 1904; 1906; 1937–38; 1945–46; 1946–47; 1952–53; 1953–54; 1962–63; 1973–74; 1975–76; 1979–80; 1982–83; 1986–87; 1991–92; 1993–94; 1995–96; 1999–00; 2000–01; 2008–09.
Juara (1 kali): 2006-07.[83]
Juara (9 kali): 1937–38; 1941–42; 1958–59; 1959–60; 1964–65; 1978–79; 1982–83; 1989–90; 1994–95.
Juara kedua (5 kali): 1972–73; 1991–92; 2001–02; 2003–04; 2011–12.
Juara (6 kali): 19951997200220032012,[84] 2013.
Juara kedua (3 kali): 199019982005.
  • Piala Kremlin
Juara (2 kali): 19541958.

Gelar Eropa dan dunia[sunting | sunting sumber]

Juara (2 kali): 1984-85, 1995-96.[85][86]
Juara kedua (5 kali): 1972–73; 1982–83; 1996–97; 1997–98; 2002–03
Juara (1 kali): 1983-84.[87]
Juara (3 kali): 1976-77, 1989-90, 1992-93.[88][89]
Juara kedua (1 kali): 1994–95.
Juara (1 kali): 1999-00.[73][90][91]
Juara (2 kali): 19841996.[92][93]
Juara (2 kali): 19851996.[74][94]
Juara kedua (1 kali): 1973.

Rekor dan statistik klub[sunting | sunting sumber]

Replika kaus Alex del Pierosaat ia telah mengikuti 500 pertandingan di bawah bendera Juventus.
Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai pemain Juve yang paling banyak tampil dalam pertandingan (600 kali sampai 10 Mei 2009). Ia mengambil alih posisi tersebut dari legenda Juve, Gaetano Scirea pada 6 Maret 2008 saat melawan Palermo. Giampiero Boniperti memegang rekor sebagai pemain yang banyak tampil di seri-A dengan 444 kali penampilan.
Bila dihitung dengan seluruh kompetisi resmi yang diikuti Juventus, Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai topskor Juve dengan 241 gol sampai 19 Mei 2008, sejak pertama ia bergabung pada 1993. Giampiero Boniperti, yang sempat menduduki posisi tersebut dengan 182 gol menyusul di posisi kedua, tetapi secara statistic ia masih menjadi topskor terbanyak di ajang seri-A sampai Juni 2007.[95][96]
Pada musim 1933-34, Felice Placido Borel II° mencetak 31 gol dalam 34 kali penampilan, menjadikan rekor pribadi bagi dirinya dan Juventus dalam satu musim. Ferenc Hirzer menjadi topskor terbanyak dalam satu musim dengan 35 gol dalam 26 penampilan di musim 1925-26 (rekor juga untuk sepakbola Italia). Gol paling banyak tercipta oleh satu pemain adalah 6 gol yang dicapai oleh Omar Enrique Sivori ketika Juventus melawan Inter Milan pada musim 1960-61.[36]
Pertandingan resmi perdana yang diikuti oleh Juventus adalah Third Federal Football Championship, yang merupakan pendahulu dari seri-A, melawan Torinese dimana Juve kalah 0-1. Kemenangan terbesar yang dicetak Juve adalah saat melawan Cento dengan skor 15-0 di ronde kedua Coppa Italia pada musim 1926-27. Di seri-A sendiri, Fiorentina dan Fiumana adalah dua klub yang sempat dikalahkan Juve dengan skor besar, masing-masing klub kalah dari Juve dengan skor 11-0 di musim 1928-29. Kekalahan Juventus terbesar diderita saat mereka menjalani musim 1911-12 (melawan AC Milan kalah dengan skor 1-8) dan musim 1912-13 (melawan rival sekota AC Torino kalah dengan skor 0-8).[36]
Si Nyonya Tua memegang rekor sebagai tim dengan produktivitas gol paling besar sepanjang musim, di semua kompetisi, tepatnya pada musim 1992-93 dengan total 106 gol sepanjang musim. Penjualan Zinedine Zidane ke Real Madrid pada 2001 menjadi rekor dunia dengan nilai £46 juta sebelum dipecahkan oleh Cristiano Ronaldo yang juga pindah ke klub yang sama dengan nilai £82 juta.[97]

Kontribusi untuk tim nasional Italia[sunting | sunting sumber]

Gianluigi Buffon, salah satu pemain Juventus yang menjadi langganan timnas Italia.
Secara keseluruhan, Juventus merupakan klub yang paling banyak menyumbang pemain untuk timnas Italia dalam sejarah,[98] Si Nyonya Tua menjadi satu-satunya klub yang menyumbangkan pemain sejak Piala Dunia 1934.[99] Juve juga menjadi contributor utama untuk timnas Italia yang dikenal dengan sebutan Dua Era Emas, yang pertama adalah saat era Quinquennio d'Oro (The Golden Quinquennium), dari 1931 sampai 1935, dan Ciclo Leggendario (The Legendary Cycle), dari 1972 sampai 1986.
Berikut adalah daftar pemain Juventus yang dipanggil masuk ke dalam skuat tim Azzuri Italia saat mereka memenangi gelar juara dunia:[100]
Dua pemain Juve memenangi gelar Sepatu Emas di Piala Dunia, yang pertama adalah Paolo Rossi di 1982 dan Salvatore Schillaci di Piala Dunia 1990. Sebagai kontributor untuk timnas juara dunia Italia, dua pemain Juve yaitu Alfredo Foni dan Pietro Rava, juga berhasil mengantarkan Italia merebut medali emas dalam Olimpiade Musim Panas 1936. Pemain Juve lainnya, Sandro Salvadore, Ernesto Càstano dan Giancarlo Bercellino juga menjadi bagian dari timnas juara Eropa Italia tahun 1968.[101]
Juventus juga berperan dalam menyumbang pemain-pemain hebat untuk timnas non-Italia. Zinedine Zidane dan Didier Deschamps adalah dua pemain Juve saat mereka memenangi Piala Dunia 1998 membuat Juventus menjadi penyumbang terbanyak skuat juara dunia suatu timnas dengan jumlah 24 pemain. Pemain timnas Perancis lain seperti Patrick Vieira,David Trézéguet dan Lilian Thuram juga sempat singgah bermain di Juventus. Tiga pemain Juve juga memenangi kejuaraan Piala Eropa dengan timnas non-Italia, Luis del Sol menjadi salah satunya saat ia memenangi Piala Eropa 1964 bersama Spanyol, disusul Michel Platini dan Zidane yang memenangi Euro 1984 dan Euro 2000.[102]

Informasi Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Juventus F.C. S.p.A
JenisPerseroan terbatas
DidirikanTurin, Italia (27 Juli 1967)
Pendapatan
  •  €283,801,473 (2012–13)
  • €213,786,231 (2011–12)
Laba usaha
  •  (€3,806,006) (2012–13)
  • (€41,188,373) (2011–12)
Laba bersih
  •  (€15,910,649) (2012–13)
  • (€48,654,550) (2011–12)
Jumlah aset
  •  €443,366,100 (2012–13)
  • €427,780,347 (2011–12)
Jumlah ekuitas
  •  €48,631,015 (2012–13)
  • €64,608,583 (2011–12)
PemilikExor 63.77% (per Agustus 2013)
Karyawan
  •  598 (2012–13)
  • 583 (2011–12)
Sejak 27 Juni 1967, Juve tercatat sebagai perushaan publik, dan sejak 3 Desember 2001 nama mereka tercatat di Bursa Saham Italia (Borsa Italiana). Saat ini saham Juventus dimiliki sebanyak 60% oleh Exor S.p.A, dan FIAT Group (keluarga Agnelli). 7.5% untuk Libyan Arab Foreign Investment Co. dan 32.5% kepada pemegang saham lainnya.
Bersama SS Lazio dan AS Roma, Juve menjadi satu dari tiga klub yang tercatat di Bursa Efek Italia. Juventus juga menjadi satu-satunya klub sepak bola yang menjadi anggota STAR (Segment of Stocks conforming to High Requirements, it. Segmento Titoli con Alti Requisiti), salah satu market segmen di dunia.
Tempat latihan Juve saat ini dimiliki oleh Vinovo S.p.A., dan diawasi oleh Juventus Football Club S.p.A dengan kepemilikan modal mencapai 71.3%.
Sejak 1 Juli 2008 Juve bergabung menjadi anggoya Safety Management System untuk karyawan dan atlet sesuai regulasi internasional OHSAS 18001:2007 dan anggota Safety Management System untuk sektor medis sesuai regulasi internasional ISO 9001:2000 resolution.
Merujuk pada jurnal ekonomi The Football Money League yang diterbitkan oleh konsultan keuangan Deloitte, di musim 2005-06 Juventus menjadi klub dengan pemasukan terbesar ketiga di dunia dengan prakiraan pemasukan €251.2 juta. Saat ini, Juve tercatat sebagai klub sepak bola terkaya di dunia berdasar rangking majalah Forbes, dimana di Italia mereka adalah yang terkaya kedua dibelakang AC Milan yang dimiliki raja media Italia Silvio Berlusconi.

Pemasok kostum dan sponsor[sunting | sunting sumber]

PeriodeProdusen kostumSponsor
1979–1989KappaAriston
1989–1992UPIM
1992–1995Danone
1995–1998Sony / Sony Minidisc
1998–1999D+Libertà digitale / Tele+
1999–2000CanalSatellite / D+Libertà digitale / Sony
2000–2001Ciao Web / LottoSportal.com / Tele+
2001–2002LottoFASTWEB / Tu Mobile
2002–2003FASTWEB / Tamoil
2003–2004Nike
2004–2005SKY Italia / Tamoil
2005–2007Tamoil
2007–2010New Holland FIAT Group
2010–2012BetClic / Balocco
2012–2015FIAT S.p.A (Jeep)

Juventus dan kemanusiaan[sunting | sunting sumber]

Juventus juga menunjukan komitmennya terhadap segala masalah-masalah humanis dan sosial. Komitmen-komitmen dan proyek-proyek yang senantiasa didukung oleh klub telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam setiap kebijakan dan budaya mereka dalam mewujudkan sebuah nilai-nilai dan idealisme serupa yang selalu dipegang teguh oleh Juventus dalam dunia olahraga dan dapat pula dirasakan dalam bentuk bakti sosial kepada masyarakat.[103]
Keterlibatan dan komitmen klub dalam membantu menangani masalah-masalah sosial tentunya datang dari sensitifitas pihak manajemen Juventus terhadap masalah tersebut, yang kemudian berkembang melalui jaringan para penggemar, supporter dan simpatisannya yang tersebar di seluruh dunia. Juventus mampu menciptakan sebuah gairah positif dalam dunia sepak nola yang membuat kelompok-kelompok masyarakat ini memiliki kesamaan keinginan untuk melakukan kebaikan bagi sesama, serta membentuk rasa kesadaran terhadap masalah-masalah tersebut. Hanya dengan sebuah upaya bersama dan mencetak manusia-manusia yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi, yang termasuk pula para pemain hebat yang turut serta bergabung, maka sangatlah mungkin keberhasilan atas rencana besar ini akan dapat diraih.
Dalam beberapa tahun terakhir komitmen-komitmen sosial Juventus telah berhasil menggapai beberapa area dan upaya tersebut telah melahirkan penghargaan yang di kenal dengan "Scudetto della Solidarieta", yang merupakan sebuah penghargaan yang diberikan oleh majalah VITA. Inisiatif-inisiatif Juve yang telah berhasil di antaranya:
  • Fatti e Progetti per i Giovani yaitu sebuah perencanaan dalam pengembangan taraf hidup generasi muda yang kemudian membuat meraka belajar hal-hal yang berguna.[103]
  • Pembangunan sebuah “Asylum” untuk mengenang Edoardo Agnelli, berkerjasama dengan Vicenza Voluntary Groups, dengan tujuan untuk memberikan tempat penampungan bagi kaum ibu yang berada dalam kesulitan.[103]
  • Proyek "Growing Together at The Sant’Anna", dengan tujuan untuk meningkatkan nilai pendanaan bagi proyek perbaikan ruang perawatan bayi yang baru lahir pada Rumah sakit Sant'Anna.[103]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar